MERASA DENGAN MATA
MERASA DENGAN MATA
Ini kisahku namaku Syalwa Afathurima, aku lahir dan ditemukan bunda tepat 16 tahun lalu, dalam kardus disamping tempat sampah didekat pohon mangga, Aku ditakdirkan menjadi manusia yang sangat memilukan tapi bunda selalu mengingatkan bahwa kekurangan bukan alasan mengapa kita harus mengemis belas kasihan orang-orang, begitu ucap lembut bunda Hinaya yang menemukan aku sibayi merah tak berpemilik, bunda menemukanku dengan sehelai kain dan secarik kertas bertuliskan "Dia adalah gadis mungil dan cinta terbesar yang dianugrahkan tuhan untukku, dia adalah Syalwa Afathurima, tolong jaga dia dan bekali dia dengan pengetahuan, antarkan dia menjadi gadis yang kuat, kelak tiba waktunya aku akan kembali mengambil cinta terbesarku, Terimakasih atas kesedianmu"
Menyedihkan ketika pertama kali aku mendengarkan lelucon dan laki-laki jahat yang tak pernah menampakan wajahnya itu, aku kesal, marah dan rasa ingin sekali menghukumnya, pertanyaan hingga usiaku 13 tahun selalu sama "Mengapa aku dibuang ?", namun seiring beranjak remaja dan bunda Hinaya yang selalu membimbingku, perlahan rasa sakit, marah dan kesal itu hilang karena cinta kasih malaikat tanpa sayap yang berasal dari pondok panti asuhan kenanga.
Aku mempunya mimpi besar, menjadi seorang pelukis handal yang membuka pameran dan mengajak bunda berkeliling negeri dibawah kayangan.
Mimpiku terdengar sangat sederhana namun keterbatasanku yang membuat itu sangat sulit terwujud, aku hanya gadis yang memiliki dunia gelap sejak lahir, gadis tidak berdaya yang terlalu berhayal akan cita-cita yang mustahil digapai. Namun bunda adalah sandaran dan penopang terkuat yang aku tahu, sepilu apapun jalan yang ditempuh, bunda pasti berada didalamnya untuk meyakinkanku. Inilah yang meyakinkan tekadku mengapa aku harus berjuang dan yakin akan bakatku, bunda selalu mengatakan "Jika orang lain tidak percaya dengan kemampuan kita itu hal biasa, Namun jika kita tidak percaya akan kemampuan kita, itu baru binasa", ucapan itu bagai cambukan keras bagiku, anak yang penuh dengan mengeluh, disinilah aku berpikir bunda harus tersenyum bangga karena aku, bunda harus bahagia karena keberhasilanku.
Tidak terhitung berapa lama aku belajar mengungkapkan perasaan lewat kanvas putih ini, dan orang yang selalu berada disampingku adalah bunda, bidadari tercantik yang belum pernah ada, meski aku buta aku bisa merasakan betapa cantiknya paras dan hati bunda Hinaya.
Waktu berlalu bunda selalu menemaniku kala melukiskan kumpulan benang kusut yang tak mampu dibaca ujungya. Aku selalu berpikir betapa baiknya tuhan telah mengirimkan bunda Hinaya kepadaku, bunda selalu meyakinkan dan menguatkanku, keinginan paling sederhana dalam hidupku adalah "Bunda harus berjanji untuk mengizinkanku melihat wajah cantik bunda" aku selalu berharap aku mampu melihat maha karya tuhan yang paling indah, hari berlalu terlalu manis ceritaku dengan bunda yang begitu sempurna sampai akhirnya "Kamu akan sukses nak...kamu akan menjadi orang hebat nak" sambil memastikan tanganku menyentuh secarik kertas yang menjadi alasan mengapa bunda terlihat bahagia.
Kertas kompetisi melukis itu ada ditanganku, yang aku pikirpun rasanya tidak mungkin, namun bunda meyakinkanku dan mengatakan "kamu bisa", dengan penuh keyakinan bunda mendaftarkanku menjadi bagian dalam kompetisi itu.
Hari-hari aku lewati untuk mempersipakan semua itu dan aku pikir melukis wajah bunda adalah pilihan terbaik meskipun aku tahu aku belum pernah melihatnya, bunda mengatakan "Melukislah dengan mata hati, kamu punya waktu utuk mengenal wajah bunda lebih dekat lagi", aku coba merasakan kulit bunda yang mulai menggantung dan tertarik usia, aku mulai merasakan sakit yang parah ditanggung bunda, akhirnya pembelajaran yang terkonsep selama berhari-haripun harus aku akhiri, hari ini hari dimana aku harus bertarung dengan pesaingku yang hampir 500 orang. Tidak begitu banyak pesan yang ingin aku sampaikan hanya saja aku ingin menyampaikan bawha masih ada manusia berhati malaikat, yang turun sebagai bidadari tak bersayap dari kayangan.
1 jam sudah aku mulai mendeskripsikan wajah bunda yang belum sama sekali aku lihat, dan selesai, sentuhan putih terakhir diatas rambut hitam bunda yang menutup cerita lukisanku, aku tak berharap banyak setelh aku tahu kompetisi ini setingkat nasional.
3 hari sudah aku menunggu hasil kejuaran itu dan ternyata mengejutkan aku menjadi yang terbaik diantara pesaing yang baik, aku mengharu dan mencari bunda untuk membagi cerita kemenangan itu, suara langkah bunda mendekat aku memeluknya dan berkata "Aku berhasil bunda" bunda memelukku erat, kami segera kesana untuk meraih kemenangan itu, aku menghadiahkannya untuk bunda.
Seusai itu bunda mengajakku ke suatu tempat yang sudah sangat familiar dalam hidungku, Rs. Permata dimana aku berkonsultasi mengenai mataku, bunda mengabarkan "Kamu akan segera melihat, Tuhan mengabulkan doa-doamu" aku gembira dan memeluk erat bunda "aku akan segera melihat wajah bunda" bunda membisu entahlah mungkin terbawa situasi.
Jam 7 malam ini aku akan melakukan operasi mata dengan penun harapan aku berdoa kepada tuhan agar operasi itu lancar dan aku akan segera melihat bunda, pukul 9 semuanya selesai ternyata tak semudah yang aku bayangkan, aku tak bisa langsung membuka mata baruku, beberapa hari aku terpejam karena dokter mengisyartkan demi kelancaran proses penyesuaian.
Hari ini mataku terbuka, aku mencari sosok bunda Hanaya yang sudah 7 hari ini tak kudemgar dengan alasan ruangan harus terisolasi, dan mata gelapku mulai berbinar, hanya tampak 2 petugas yang menggunakan baju putih tersenyum padaku, aku bertanya "Kemana bunda ?" Mereka terdiam dan menundukan kepala, Aku mengeras "Kemana bunda Hanaya ?" Dokter itupun meraih tanganku "Ikutlah..."
Aku mengikuti kemauannya, yang tampak mengajakku pada suatu tempat yang tak pernah aku harapkan.
"Inilah tempat istirahat bunda Hanaya" , aku menjerit dengan penuh kesedihan "Bunda...Bunda, bunda berbohong, aku bahkan belum sempat melihat wajah bunda untuk pertama kalinya" dokter itu menekuk lututnya "Dia adalah bunda dunia dan akhiratmu, dia adalah bidadari yang mengorbankan mata indahnya untukmu, dia pergi karena telah mendapatkan matanya untukmu nak" aku terpukul mendengar itu, bahwa bunda yang memberiku mimpi dan harapan hidup sejak aku lahir kedunia ini telah pergi, aku sesak dengan kenyataan bunda yang pergi meninggalkan aku, dokter itu mendekapku "Aku adalah pecundang yang memelukmu 16 tahun yang lalu, aku adalah ayahmu" aku semakin terpukul akan kenyataan, jika aku bisa memilih aku lebih memilih hidup dalam gelap dari pada harus melihat kenyataan hidup yang semakin membuatku sulit, aku berontak dalam pelukan dokter yang mengaku sebagai pecundang 16 tahun lalu, " Ayah melakukan itu demi kamu, saat itu ayah dan keluarga ayah dalam keadaan bahaya, ayah tidak ingin kamu celaka, karena itu ayah memisahkanmu" behari-hari aku pergi dari kenyataan namun tuhan tak mengabulkan, aku menyadari bahwa apa yang dilakukan ayah adalah untuk kebaikanku, dan tanpa ayah mungkin aku tak akan mengenal bidadari tak bersayap bernama bunda Hanaya, aku kembali pada ayah dan memulai cerita dengan ayah dan kenangan bunda Hanaya.
Tuhan kuturuti mutiara hatiku, ku percayakan bunda Hanya didampingi, dia cahaya terbesar hidupku, jaga dia sebelum akhirnya aku akan kau panggil jua, hadiahkan surga indah untuk bunda.
Terimakasih cerita 16 tahun yang lalu, terimakasih karena selalu mengisi relung hati dan menjadi alasan mengapa aku terus berjuang, aku mencintaimu bunda Hanya.
#Frozen12
Jangan lupa juga kunjungi budirahayuu.blogspot.com
BalasHapusBaik Terimaksih sudah berkunjung
HapusSeruuu.ππ
BalasHapusTerimakasih kaka
HapusWow keren..π₯
BalasHapusTerimakasih ka
HapusBaguss bgtt ππ₯
BalasHapusTerimakasih, semoga kita bisa belajar dari kisah tersebut ya
HapusFeelnya dapet, kebawa sakit:(( ditunggu part selanjutnya. Harus!!:((
BalasHapusBaik kaka, tunggu kisah perjuangan Syalwa selanjutnya ya
Hapusmenarik ceritanya ,sukaπ
BalasHapusTerimakasih, semoga kita bisa memetik hikmah dibalik ceritanya
Hapuskerenn.. good job el..
BalasHapusTerimakasih
Hapuskerenn.. good job el..
BalasHapusDeep banget):
BalasHapusTidak sedalam palung perasaan, yang terkurung lautan kepercayaan, yang dihiasi cinta penuh keindahan, terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetelah membaca, seketika ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan kedalam kata:"
BalasHapusBiarkan hati yang bicara, kadang ada kata yang tak perlu diungkap, biar rasa dan hati meresap menjelma menjadi makna yang mencipta ruang pembelajaran
HapusDari cerita tersebut, Saya mendapatkan pelajaran bahwa banyak sekali bentuk cinta. Dan setiap bentuk mempunyai nilainya masing-masing. Namun, satu hal yang saya pahami bahwa bagaimanapun bentuknya, tujuan cinta adalah mengasihi dan melindungi.
BalasHapusMakasih kak, ceritanya bagus. Semoga semakin baik lagi untuk kedepannya.